Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh peternak ayam petelur adalah tingginya biaya pakan. Biaya pakan mengambil sekitar 70-80% dari total ongkos produksi. Misalkan biaya bulanan sebuah usaha ayam petelur adalah 10 juta, maka biaya pakan berkisar kurang lebih 7-8 jutaan. Ini hanya pengalaman pribadi saja ya, bukan hasil riset. Hehe
Pakan memang amat krusial posisinya dalam usaha ayam petelur sebab berdampak langsung terhadap kesehatan dan produktifitas ayam. Makanya para peternak biasa gigit jari saat harga bahan pakan melonjak naik. Sebab meskipun mahal, mau tak mau kebutuhan pakan ayam harus tetap dipenuhi agar ayam tetap bisa produksi dengan baik.
Baca juga:
Kebutuhan gizi untuk pakan ayam petelur
Ayam petelur pada usia produktif membutuhkan gizi yang terkandung dalam pakan yaitu sebagai berikut: 10-30% protein, 40-60% karbohidrat, dan 5-6% lemak.
Dari kebutuhan gizi diatas, nampak bahwa lebih dari 50% pakan ayam harus mangandung karbohidrat. Sumber karbohidrat terbanyak bisa di dapatkan dari tanaman biji-bijian, seperti jagung, gandum, sorgum, dll. Itulah mengapa dalam komposisi pakan yang sering dipakai para peternak, jagung selalu mengambil jatah terbanyak.
Menurut penelitian para ahli yang saya baca, jagung mengandung 68,8% karbohidrat. Itu untuk jagung kuning dan jagung putih ya. Kalau jagung manis, yang biasa kita konsumsi, persentase karbohidratnya lebih kecil, sekitar 19%. Bagian jagung yang kaya akan karbohidrat adalah biji. Tambahan karbohidrat juga bisa didapatkan dari bekatul. Bekatul yang merupakan produk sampingan dari biji padi, mengandung 43,8% karbohidrat.
Setelah karbohidrat, gizi yang harus ada dalam pakan ayam unggas termasuk ayam petelur, yaitu protein dan lemak. Jagung sebenarnya juga mengandung protein dan lemak namun jumlahnya sedikit. Pada bekatul juga sudah terdapat 15,8% protein dan 9,2% lemak. Tapi sumber pakan yang mengandung banyak protein adalah yang dari hewan.
Bahan yang sering digunakan untuk memenuhi protein pakan ayam adalah konsentrat atau pur. Konsentrat atau pur biasanya berbahan baku tepung daging, tepung ikan, tepung tulang, dan beberapa sumber hewani lainnya.
Nah dari uraian kandungan gizi diatas, dalam prakteknya, jagung, konsentrat, dan bekatul adalah tiga jenis bahan yang banyak digunakan sebagai pakan ayam petelur. Bahan-bahan tersebut dicampurkan menjadi satu sebelum diberikan kepada ayam.
Jagung dan bekatul umumnya mudah ditemukan disekitar, apalagi jika lokasi kandang ayam berada di pedesaan. Jagung didapatkan dari para petani jagung dan bekatul bisa diperoleh dari penggilingan padi. Namun konsentrat adalah bahan yang di produksi oleh pabrik-pabrik besar lalu disebar ke pasaran. Kita sebagai peternak bisa membelinya di toko-toko ternak yang terdekat dari tempat tinggal kita.
Harga konsentrat mahal
Kandungan konsentrat dalam komposisi pakan ayam petelur adalah 35%. 50% dan 15% lainnya berturut-turut adalah jagung dan bekatul.
Meski hanya menyumbang 35% dalam campuran pakan, tapi konsentrat adalah bahan yang paling mahal. Ditempat saya, konsentrat bisa diperoleh pada harga Rp. 8.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih mahal dibandingkan harga jagung dan bekatul.
Selain mahal, kadang konsentrat yang dijual di toko-toko ternak kualitasnya sudah berkurang sebab sudah berumur lama dan penyimpanannya tidak bagus. Jika Anda mencium bau konsentrat yang menyengat, biasanya itu sudah tidak bagus. Konsentrat yang bagus, baunya tidak menyengat. Nah, kualitas konsentrat yang jelek bisa memicu masalah pada pencernaan ayam.
Baca juga:
Membuat bahan alternatif pengganti konsentrat
Salah satu upaya untuk menekan biaya pakan akibat harga konsentrat yang tidak stabil yaitu membuat bahan pakan alternatif sebagai pengganti konsentrat. Pakan alternatif yang dimaksud adalah pakan yang bersumber dari bahan-bahan disekitar kita yang lebih murah namun memiliki kandungan gizi yang sama dengan konsentrat pabrikan.
Konsentrat adalah penyumbang protein terbesar dalam komposisi pakan ayam petelur. Oleh sebab itu, pakan alternatif ini mesti mengandung protein yang setara dengan konsentrat. Sumber protein didapatkan dari bahan-bahan hewani.
Sudah banyak ahli dan praktisi yang membuat pakan pengganti konsentrat pabrikan. Beberapa bahan yang bisa digunakan adalah ikan, cacing, dan bekicot. Bahan-bahan ini mengandung protein tinggi yang sangat mencukupi untuk menjadi pakan pengganti konsentrat.
|
Alternatif bahan pengganti konsentrat
|
Ikan adalah bahan yang gampang didapatkan. Biar tidak mahal, ikan yang digunakan adalah ikan yang tidak laku terjual sebagai bahan makanan rumah tangga. Misalnya ikan-ikan kecil, atau tulang ikan. Biasanya bahan tersebut bisa didapatkan di tempat pelelangan ikan dengan harga murah.
Cacing dan bekicot lebih mudah lagi ditemukan. Di persawahan, bekicot menjadi hama yang mengganggu tanaman padi. Jika ingin menggunakan cacing dan bekicot sebagai pakan ayam untuk jangka panjang, bisa dibuatkan penangkaran cacing dan bekicot.
Untuk bisa menjadi pakan ayam, bahan-bahan diatas harus diolah terlebih dahulu menjadi tepung agar mudah dicampur dengan bahan lain dan mudah dicerna oleh ayam.
Cara mengolah Bekicot menjadi pakan ayam
Bekicot sejak dahulu lebih banyak dikenal sebagai hama tanaman. Tapi belakangan ini sudah banyak yang mengolah hewan ini menjadi pakan ayam. Bekicot mengandung protein hewani yang tinggi sehingga sangat cocok untuk menggantikan fungsi konsentrat.
|
Kandungan kimia bekicot
|
Sebelum menjadi pakan ayam, bekicot diolah menjadi tepung bekicot terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah pembuatan tepung bekicot adalah sebagai berikut:
- Siapkan bekicot yanag akan di olah. Rendam dan cuci dengan air bersih.
- Pisahkan daging bekicot dari cangkangnya dengan menggunakan pengait kawat atau bisa juga dengan memecahkan cangkangnya.
- Jemur daging bekicot beserta isi perutnya pada panas matahari selama 5 hari.
- Jika sudah kering, giling daging bekicot sampai halus.
Tepung bekicot yang sudah di olah selanjutnya dapat dicampurkan dengan bahan lain sebagai pakan ayam.
Baca juga:
Ulasan
Konsentrat adalah bahan pakan ayam petelur yang mengandung protein tinggi. Sayangnya harga yang tidak stabil dan cenderung makin mahal membuat peternak-peternak kecil seperti saya gigit jari. Selain mahal, kualitasnya pun kadang sudah menurun sebab umur yang lama dan penyimpanan di toko yang tidak baik.
Penggunaan bahan alternatif seperti tepung bekicot, tepung cacing, dan tepung ikan sebagai sumber protein pengganti konsentrat adalah salah satu cara yang ampuh untuk menekan biaya pakan dalam usaha ayam petelur.
Namun menurut saya penggunaan bahan alternatif ini mesti memperhitungkan kandungan gizi masing-masing bahan dengan seksama sebab beda bahan beda pula kandungan gizinya. Dengan demikian kandungan pakan hasil akhirnya setelah dicampur dengan bahan lain akan beda pula jadinya.
Sebagai peternak mandiri, saya berharap pemerintah dan para ahli peternakan lebih banyak turun ke lapangan untuk memberi penyuluhan ke peternak agar teknik-teknik beternak seperti pembuatan pakan alternatif ini menjadi lebih meyakinkan untuk diterapkan di lapangan. Dengan demikian, para peternak ayam petelur bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada pakan pabrikan.