Mengenang Romantisme Mendaki Gunung
Apakah Anda pernah mendaki gunung? Kenikmatan mendaki gunung adalah sesuatu yang hanya bisa di alami setelah kita pulang dari mendaki gunung. Maka bila Anda belum sekalipun mendaki gunung, persepsi kita tentang hal ini akan sulit bertemu.
Saya menempatkan kegiatan mendaki gunung sebagai salah satu sensasi paling menyenangkan yang pernah saya lalui dalam hidup.
Sayangnya beberapa tahun terakhir saya tak pernah lagi mendaki gunung. Kesibukan pekerjaan membuat saya telah kehilangan salah satu nikmat dalam hidup saya tersebut. Susah sekali mendapatkan waktu untuk mendaki gunung. Mungkin kalaupun ada waktu, fisik juga sudah tidak sekuat dulu waktu masih kuliah. Sementara kita tahu bahwa mendaki gunung tanpa fisik yang prima sama saja bunuh diri.
Meski sekarang sudah tidak pernah angkat kerer, saya masih merindukan pendakian gunung. Saya selalu berangan-angan suatu saat bisa berangkat, mengajak anak dan istri mendaki gunung. Saya ingin anak saya juga mencintai kegiatan pendakian gunung seperti halnya saya.
Saya merindukan naik gunung beriringan dengan kerinduan saya yang tak kalah mendalam pada teman-teman pendakian saya dahulu. Semua teman mendaki gunung saya adalah yang terbaik. Tangguh, setia kawan, dan sederhana. Mereka tersebar entah dimana kini. Sudah jarang sekali berjumpa akibat kesibukan mencari nafkah.
Untuk sekedar mengurangi rindu, saya ingin mengingat kembali beberapa kenangan mendaki gunung dahulu.
Dimana saya pertama kali mendaki gunung?
Saya sebenarnya telah mendaki gunung sejak kecil. Bagaimana tidak, kampung saya di Sulawesi Barat (Sulbar) adalah kawasan pegunungan. Berangkat bertani ke kebun saya mendaki gunung. Pulang sekolah dan kembali ke rumah saya juga mendaki gunung. Hehe
Sedangkan untuk mendaki gunung versi keren, yang bawa tenda dan peralatan camping, pertama kali saya lakukan di Gunung Bawakaraeng, bersama pasukan SAR Unhas. Kalau tidak salah tahun 2009, tahun kedua saya kuliah. Bersama SAR Unhas waktu itu kami melakukan pendakian dalam rangka memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus.
Saya banyak mendaki gunung bersama SAR Unhas, sebab di lembaga ini saya bergabung saat masih jaman kuliah. SAR Unhas adalah organisasi mahasiswa yang konsen ke operasi pencarian dan penanganan musibah, termasuk yang terjadi di gunung.
Sudah berapa kali saya mendaki gunung?
Kalau ini sudah lupa-lupa juga, tapi saya akan coba mengingat-ingat. Saya banyak mendaki gunung saat kuliah. Makanya kebanyakan gunung yang saya kunjungi berada di Sulawesi, sebab dulu saya kuliah di Makassar.
Saya mendaki Gunung Bulusaraung sebanyak 5 kali. 3 kali bersama rekan-rekan SAR Unhas, satu kali bersama teman-teman kontrakan, dan satu kali bersama teman-teman dari Sulbar.
Bawakaraeng, gunung yang paling hits di Sulawesi Selatan, saya mengunjunginya sebanyak 9 kali. 4 kali bersama SAR Unhas, 2 kali bersama teman-teman di kampus, 1 kali bersama beberapa kenalan pendaki dari Jawa, 1 kali bersama teman-teman dari Sulbar, dan 1 kali solo alias mendaki sendirian.
Ramma, lembah cantik di kawasan pegunungan Bawakaraeng, saya hanya kesana sebanyak 3 kali. Ketiga-tiganya untuk refreshing saja, bersama teman-teman campuran. Menurut saya Ramma adalah tempat yang pas bagi yang ingin camping-camping bahagia tapi tidak mau terlalu capek mendaki. Di dekat Ramma, ada juga Danau Tanralili yang tak kalah hits. Saya ke Tanralili 2 kali saja.
Di seberang Bawakaraeng, ada Gunung Lompobattang. Saya mengunjungi gunung ini sebanyak 2 kali. Satu kali bersama SAR Unhas, dan satu kali lagi-lagi bersama teman campur-campur dari kampus. Pernah juga sekali kami naik Lompobattang dari Malakaji lalu melintas ke Gunung Bulubaria dan turun di Desa Majannang, Kab. Gowa.
Berikutnya ada dua gunung dengan jalur extrim di Sulawesi. Pertama, Gunung Kambuno di Luwu Utara. Saya mendaki gunung ini sekali bersama pasukan SAR Unhas. Mendaki gunung ini menghabiskan waktu 8 hari. Kedua adalah gunung tertinggi di Sulbar, Gunung Gandang Dewata. Saya juga mendaki gunung ini sekali dan lagi-lagi bersama SAR Unhas. Jalurnya amat panjang dan melelahkan.
Yang terakhir saya mendaki puncak tertinggi tanah Jawa, Gunung Semeru. Pendakian ini saya lalui berdua saja dengan adik kandung. Kisahnya juga sudah saya ceritakan di Blog ini.
Hanya itu saja gunung-gunung yang sudah saya kunjungi. Tidak banyak, tapi lebih dari cukup untuk memberi kenangan yang mendalam dalam hidup saya.
Pendakian mana yang paling menyenangkan?
Semuanya tentu menyenangkan ya. Setiap pendakian gunung membawa kenangannya masing-masing. Pendakian yang paling saya nikmati adalah saat ke Mahameru. Entah, rasanya lebih bebas saja. Pada saat itu kebanyakan pendaki mengambil waktu hanya 3-4 hari saja untuk naik dan turun. Namun saya mempersiapkan bekal dan perlengkapan untuk 6 hari. Saya memang ingin santai dan tidak mau terburu-buru. Bayangkan, di Kalimati saja, kami sampai menginap dua malam. Hehe
Saat mendaki Mahameru saya berdua saja dengan adik. Di pendakian itu saya benar-benar menikmati kebersamaan dengan adik saya. Kami menggembel disepanjang jalur Mahameru via Ranupani.
Pendakian yang memberi saya paling banyak pelajaran yaitu saat mendaki Gunung Kambuno. Selain medannya yang panjang, sekitar 50 km, sepanjang pendakian juga kami diguyur hujan terus menerus. Hujan seperti tidak mau habis. Kami memasang dan membongkar tenda setiap hari dalam keadaan hujan. Berjalanpun setiap hari dalam kondisi basah kuyup. Selain itu serangan lintah atau pacet disepanjang jalur amat meresahkan.
Apa impian mendaki gunung saya berikutnya?
Seperti yang saya sampaikan di awal, saat ini saya sulit merencanakan untuk naik gunung lagi. Selain ikatan pekerjaan, fisik juga mungkin sudah tidak sebaik dulu. Namun saya bukan orang tanpa cita-cita dong.
Saya masih memendam harapan untuk bisa mendaki dua gunung lagi. Pertama Gunung Latimojong, gunung tertinggi di daratan Sulawesi. Soalnya agak pincang ini. Saya telah mendaki 4 dari 5 gunung tertinggi di Sulawesi. Tidak akan lengkap jika saya belum ke Latimojong. Kedua, saya ingin mendaki dan melihat kawah Gunung Rinjani yang terkenal keindahannya.
Untuk kedua cita-cita ini saya ingin mengumpulkan teman-teman lama, teman mendaki waktu jaman kuliah yang amat saya rindukan. Saya merasa sekarang ini mendaki tanpa teman lama, kenangannya tidak akan sama.
* * *
Demikianlah sodara-sodara. Sekali Anda mendaki gunung, romantismenya akan melayang-layang dalam kenangan Anda sepanjang umur dengan penyebab yang maya nan sulit di jelaskan. Betul bahwa mendaki gunung itu melelahkan. Tapi suatu saat di masa depan, Anda mungkin akan berbangga menceritakan kisah-kisah pendakian Anda kepada orang lain. Jika beruntung, Anda akan bercerita sambil mengenang teman-teman lama yang sangat Anda rindukan. Itu romantisnya tiada tara.
* * *