Saya suka menulis. Sejak masih kecil, kelas 3-4 SD, saya telah belajar menulis. Dulu saya menulis tentang apa saja.
Waktu saya masih SD, sepulang dari sebuah tugas dinas di Kota Parepare, Ibu membeli untuk saya sebuah buku catatan. Di buku tersebut saya mulai menulis apa saja yang saya sukai.
Saya menulis tentang teman-teman kelas, saya menulis bahan-bahan untuk membuat layangan, saya menulis nama-nama paman yang memberi saya uang jajan. Buku catatan itu masih ada sampai sekarang. Buku itu lalu penuh, lembaran kosongnya habis saat SMP.
Di SMA saya membeli sendiri sebuah buku catatan baru dan kembali saya tulisi lembar per lembar. Cerita ikut Palang Merah, diterima tim basket sekolah, resep kue kesukaan, dan masih ada juga nama-nama paman yang pernah memberi saya uang jajan. Buku catatan ini juga masih ada sampai sekarang.
Meski masih tersimpan baik-baik, tulisan-tulisan di buku catatan saya lebih banyak yang memalukan alih-alih bisa dibanggakan.
Pernah suatu ketika saat istri saya sedang beres-beres rumah, ia menemukan buku-buku catatan jaman primitif saya itu. Saat itu saya tak ada dirumah. Istri saya membaca buku-buku itu sampai puas lalu membuli saya habis-habisan setelahnya.
Untungnya, di buku catatan saya tak pernah menulis tentang mantan. Kalau sampai ia, maka sudah bisa dipastikan piring-piring di rumah bakal beterbangan. Hehe
Saat kuliah saya melihat makin banyak hal yang bisa ditulis. Dari pergaulan kampus yang nakal, organisasi mahasiswa, jajanan sekitar kontrakan, mahasiswa yang malas tapi mau jadi orang sukses, dosen yang pungli, demonstran yang dibayar, macam-macam. Dan saya mulai ingin tulisan saya di baca juga oleh orang lain. Rasanya pasti nikmat jika tulisan kita ada yang mau baca.
Saya lalu mulai mengirim tulisan saya ke redaksi koran. Pernah sekali, saya mengirim tulisan saya ke salah satu media cetak di Makassar. Waktu itu saya menulis opini tentang betapa konyolnya kegiatan training salah satu organisasi pergerakan mahasiswa berbasis Islam yang baru saja saya ikuti. Harapan saya tulisan itu bisa di muat di koran.
Editor korannya, yang seorang bapak-bapak, setelah membaca tulisan saya, ia tanya:
“Bagus ini. Kita ji sendiri tulis ini kah?’’
Songkolo ! Apa mahasiswa di jaman saya sudah sedemikian dungu untuk di percaya bisa menulis dengan baik? Buat apa juga saya repot-repot memperkenalkan tulisan orang lain?
Tulisan saya itu akhirnya tidak dimuat. Barangkali ada tulisan lain yang lebih baik. Tapi beberapa minggu setelahnya, tulisan saya yang lain terbit di seperempat halaman koran. Kalau tidak salah tulisan itu tentang keterlibatan mahasiswa dalam aksi kemanusiaan, seperti penanganan bencana dan pencarian korban hilang. Dan sampai hari ini honor untuk tulisan itu belum sempat saya ambil.
Tahun 2010 saya mengenal blog, platform online untuk menulis dan memungkinkan bisa menjangkau pembaca yang banyak. Tentu saja saya langsung membuat blog. Beberapa tulisan sempat saya terbitkan sebagai postingan blog sebelum kesibukan sebagai mahasiswa membuat saya melupakan blog tersebut.
Tahun 2013 ketika saya sudah lulus dan belum bekerja alias pengangguran, saya membuat blog baru. Namun beberapa bulan setelahnya saya diterima bekerja dan kesibukan kantor menjadi alasan utama blog yang saya buat kembali terlupakan.
Tahun 2015 ketika ketika saya sudah mulai beradaptasi dengan baik di pekerjaan, saya membuat blog lagi, blog yang sedang Anda baca ini. Meskipun masih aktif sampai sekarang, namun beberapa tahun terakhir saya jarang sekali bisa menulis. Entah, mungkin lelahnya pikiran akibat kerja membuat kreatifitas menulis jadi tumpul.
Kadang sepulang kerja, halaman blog saya buka, namun tak sekata pun bisa tertulis. Rasanya juga pikiran kritis saya makin lumpuh, tak ada satupun yang bisa saya protes. Memang kadang suasana nyaman membuat kita lemah.
Saya menganggap ini adalah penyakit, dan penyakit mesti di obati.
Beberapa bulan terakhir ini saya berusaha agar bisa rutin menulis lagi di blog ini. Menulis apa saja. Curhat, catatan pekerjaan, imajinasi, tips perjalanan, apa saja. Itulah yang kini bisa Anda jelajahi di blog ini.
* * *
Kebahagian bagi orang yang membuat tulisan adalah jika tulisannya ada yang baca. Demikian halnya dengan saya.
Ternyata, meski tulisan saya masih sangat jauh untuk bisa dikatakan layak di baca, ada juga pembaca yang sudi mampir di blog ini. Bahkan secara ajaib, bulan lalu tulisan-tulisan di blog saya ini mencapai lebih dari 4000 pembaca dan mendapatkan 43.000 pengunjung sepanjang waktu.
Saya kan jadi terharu. Itu jumlah pembaca yang bagi saya terlalu banyak. Amat jauh melebihi pengharapan.
Alhamdulillah. Kini saya bertekad untuk terus menulis. Untuk apa? Untuk membantu diri saya sendiri. Saya menemukan kesenangan dalam menulis. Saya senang berbagi pengalaman hidup, terlebih jika itu bisa membawa manfaat bagi orang lain yang membaca tulisan saya.
Saat ini saya bekerja di sebuah perusahaan konstruksi swasta yang bergerak di bidang pembangkit listrik. Saya akan banyak menulis tentang itu. Mungkin saja bisa bermanfaat bagi rekan-rekan se-profesi atau adik-adik pelajar yang membutuhkan.
Di waktu libur, saya biasanya menghabiskan waktu dengan bertani dan beternak di kampung halaman saya di pegunungan Sulawesi Barat. Saya pun akan banyak menulis tentang itu. Bagaimana pertanian di kampung saya, bagaimana memelihara ternak, dan lain-lain. Selebihnya adalah kisah-kisah perjalanan atau cerita naik gunung jika masih ada.
Saya ingin berterima kasih kepada Anda yang telah membaca tulisan-tulisan di blog ini. Baik yang rutin mampir maupun yang hanya kebetulan nyasar disini. Kehadiran Anda betul-betul adalah semangat saya dalam menulis.
Meskipun, sekali lagi, tulisan saya masih sangat jauh untuk bisa dikatakan layak di baca, namun saya terus belajar dan akan berusaha membuat tulisan yang makin baik dari hari ke hari. Sekali lagi, Terima kasih !