Ini 31 Agustus 2017, tepat 9 Dzulhijjah.
Besok adalah hari raya Idul Adha 1438 H dan malam ini kami ber-10, teman-teman
kerja di proyek Poso, sudah berada dalam perjalanan menuju Ampana, kota di
pinggir selat Sulawesi. Terencana dalam 3 hari kedepan kami akan mengambil
jatah berlibur dari penatnya pekerjaan proyek untuk berkunjung ke kepulauan
Togean, tempat berlibur yang kurang hits di Indonesia tapi membahana sampai ke
mancanegara. Sampai tadi siang kami rencananya mau naik sepeda motor saja, tapi
entah anugerah dari mana tiba-tiba bos di proyek menawarkan pakai mobil
operasional kantor. Jadi kami dengan senang hati sangat setuju.
Alunan lirik-lirik lagu mas Duta Sheila on
7 menemani saya mengemudikan Toyota Avanza baru tipe E melaju santai menerobos
jalan trans sulawesi, dari kota Tentena, Kabupaten Poso. Bersama saya 5 orang
teman dan sisanya 4 orang lagi di mobil sebelah, mobil pribadi milik teman.
Kami tadi meninggalkan Tentena sekitar pukul 20.00 setelah sebelumnya menyantap
makan malam berupa mie ayam. Perjalanan ke Ampana lumayan lancar, kendaraan
lain tidak begitu ramai. Jalan raya mulus, tapi sesekali ada lubang menganga di
tengah jalan.
Jam tangan membaca angka 00.02, pukul 12
malam kami memasuki kota Ampana. Saya menelpon teman untuk meminta alamat.
Sebelumnya kami sudah kontak salah satu teman yang tinggal di Ampana untuk ijin
menginap di rumahnya. Bagi teman-teman yang datang kesini dan tak punya kenalan,
di kota Ampana tersedia beberapa penginapan. Tinggal tanya saja ke orang-orang
disana jika sudah sampai. Harga 150 ribuan permalam. Saya ingat jaman mahasiswa,
jalan sama teman-teman begini selalu bawa tenda. Jadi nginap dimana saja jadi.
No room no problem.
Kepulauan Togean tujuan jalan-jalan kami
ini terletak di bagian selatan perairan teluk Tomini, secara administratif
berada di wilayah kabupaten Una-Una, provinsi Sulawesi Tengah. Gugusan
kepulauan yang terus didatangi turis ini terdiri dari 6 pulau besar dan puluhan
pualu-pulau kecil. Pulau-pulau inilah yang menawarkan destiansi wisata yang
menarik bagi para pengunjung. Jadi tinggal pilih mau ambil penginapan di pulau
mana, sesua dengan tebal dompet tentunya. Pulau terbesar yaitu Wakai, sekaligus
menjadi pulau transit untuk mengunjungi pulau-pulau kecil yang lain.
Kota Wakai bisa diakses via laut dari pelabuhan Ampana dan bisa juga dari Gorontalo. Jika dari Ampana kita bisa menggunakan speed boat menuju Wakai. Tiket bisa dibeli di kantor pelabuhan Ampana, harga Rp. 130.000 untuk sekali perjalanan, jarak tempuh sekitar 1 jam. Rencana perjalanan hari pertama besok kami akan menyebrang dari pelabuhan Ampana, transit dan sambung perahu di pelabuhan Wakai, lalu menginap di salah satu pulau kecil andalan wisata Togenan, pulau Kadidiri.
Kota Wakai bisa diakses via laut dari pelabuhan Ampana dan bisa juga dari Gorontalo. Jika dari Ampana kita bisa menggunakan speed boat menuju Wakai. Tiket bisa dibeli di kantor pelabuhan Ampana, harga Rp. 130.000 untuk sekali perjalanan, jarak tempuh sekitar 1 jam. Rencana perjalanan hari pertama besok kami akan menyebrang dari pelabuhan Ampana, transit dan sambung perahu di pelabuhan Wakai, lalu menginap di salah satu pulau kecil andalan wisata Togenan, pulau Kadidiri.
Keesokan harinya di rumah teman, kami bersiap melaksanakan shalat
Idul Adha, di mesjid desa Labuan, kota Ampana, mesjid terdekat dari tempat kami
menginap yang kebetulan juga dekat dengan pelabuhan Ampana. Pagi-pagi beberapa
teman sudah membeli tiket speed boat
menuju Wakai. Penyeberangan ke Wakai hanya sekali dalam sehari. Pada hari-hari
normal berangkat dari Ampana pukul 10.00, dan kembali lagi dari Wakai pukul
12.00. Berhubung hari ini hari raya, jadi akan berangkat pukul 13.00. Selesai
shalat kami masih sempat berkeliling kota dan berkunjung ke pantai pasir putih,
wisata andalan kota Ampana.
Sehabis Jumatan, kami berangkat dari pelabuhan Ampana. Setelah beberapa menit mengatur penumpang, speed boat bernama 'Hercules'
tancap gas. Saya beserta rombongan yang masih enerjik dan penuh semangat sudah
duduk rapi didalam ruangan kapal. Speed boat ini terdiri dari 36 seat, tapi
menurut bincang-bincang saya dengan supirnya, bisa muat sampai 50 penumpang. Ada
banyak turis asing di dalam kapal, ada juga wisatawan lokal.
Lumayan membosankan juga perjalanan menuju
Wakai. Di goyang ombak di lautan lepas, terhempas kiri-kanan. Beberapa teman
keluar untuk berfoto-foto di bagian belakang kapal. Kurang lebih satu jam kapal
mulai memasuki kawasan laut dengan beberapa pulau kecil yang didominasi karang.
Lalu tidak lama kemudian kapal bersandar di pelabuhan laut Wakai. Tampak
rumah-rumah warga menghiasi sisi laut. Di pelabuhan ini juga terdapat kantor
pelabuhan, tempat untuk membeli tiket kapal kembali ke Ampana.
Kami bergegas mengambil tas masing-masing
lalu turun. Dua buah perahu motor sudah menunggu. Perahu inilah yang akan
mengantar kami ke Pulau Kadidiri, tempat kami akan menginap. Sebagai informasi,
penginapan di Kadidiri nanti sudah kami pesan sejak di Ampana, dan jemputan
perahu ini sudah termasuk didalam layanan penginapan. Jadi tanpa banyak urusan lagi kami segera
membagi diri ke dua perahu tadi dan langsung berlabuh meninggalkan pelabuhan Wakai.
Jarak tempuh ke Kadidiri sekitar 40 menit.
Beberapa teman tertidur selama diatas kapal menuju Kadidiri. Saya berbincang-bincang dengan pengemudi perahu yang
tampak sudah tua. Katanya dalam sehari kapal bapak ini bisa 2-4 kali bolak
balik Wakai-Kadidiri. Kadang untuk mengantar tamu, ataupun sekedar mengantar
barang-barang kebutuhan penginapan.
Jarum jam mendekati pukul 16.00 sore ketika
kami tiba di Kadidiri. Jejeran penginapan tampak dari jauh. Belakangan saya
baru tahu bahwa penginapan di Kadidiri ini ada 3 level. Yang paling ujung dan paling
mahal adalah Paradise Cottage. Konon kabarnya kamar paling murah disana seharga 500
ribu permalam. Entah benar atau tidak soalnya saya juga tidak sempat bertanya
ke pihak penginapan. Kebanyakan yang menginap di Paradise adalah turis-turis.
Penginapan kedua yang ditengah namanya Black Marlin. Setingkat dibawah Paradise. Saya
lihat di Black Marlin ini tersedia dive corner, tempat untuk menyewa alat-alat
selam yang lengkap. Penginapan yang paling murah adalah Pondok Lestari. Ini
betul-betul terjangkau biaya menginapnya. Rp 160.000 untuk kamar mandi luar dan
Rp 250.000 yang kamar mandi dalam, include makan 3 kali sehari dan coffee
corner sepuasnya.
Dan coba tebak teman-teman, kami pilih penginapan yang mana?
Betul. Karena kami ini anak-anak muda baik dan tak
suka boros, kami sepakat di penginapan 160 ribu pondok Lestari, termurah
sepulau Kadidiri. Haha
Berfoto di halaman pondok Lestari
Bagitu tiba di daratan pulau Kadidiri, kami
segera menyimpan barang di dalam kamar Pondok Lestari, mengeluarkan peralatan
snorkeling dan segera kembali ke perahu. Jadwalnya, sore ini juga kami akan diantar
ke spot pertama, Jelly Fish Lake. Teman yang tak punya alat snorkeling sendiri
bisa menyewa di Pondok Lestari ini. Harga Rp. 25.000 perhari.
Perahu meluncur lagi di lautan, menyusuri
beberapa pulau kecil. Sekitar setengah jam sampai di sebuah dermaga. Ini salah
satu spot favorit di kepulauan togean, Jelly Fish Lake. Sebuah danau yang
dihuni jutaan Ubur-ubur. Di danau ini, kita bisa berenang, snorkelingan,
dikelilingi banyak Ubur-ubur yang ramah dan aman. Kami segera berganti kostum,
menyiapkan alat snorkeling, dan langsung berenang ria sambil mengabadikan
beberapa foto.
Berenang bersama Ubur-ubur
Source: virustraveling.com
Sekitar dua jam berenang kami mulai
kedinginan dan memutuskan untuk kembali ke penginapan. Kami tak sabar melewati
malam di pulau Kadidiri. Beberapa menit kemudian perahu kami membelah ombak kecil
dalam perjalanan kembali ke penginapan, diiringi pemandangan sunset laut lepas
yang emejingg.
Baca juga: Penyesalan Selama Kuliah
Baca juga: Penyesalan Selama Kuliah
Malam di pulau Kadidiri adalah salah satu
malam terindah yang pernah saya lihat. Exotisnya pulau ditengah laut, penginapan
menghadap pantai dengan lampu yang berkedip-kedip, suara bercengkrama
orang-orang di café, beberapa lalu lalang di pantai bertelanjang kaki bermain
pasir, dan tampak lebih banyak pengunjung dari luar negeri daripada pengunjung local
macam kami. Saya menghabiskan seperempat malam berbincang dengan beberapa pengunjung
dari Sorowako yang datang ke Kadidiri membawa alat selam komplit. Pengen
rasanya pinjam untuk besok tapi malu juga mau minta.
Sekitar pukul 2 dinihari baru bisa terlelap
tidur. Rencana kami, besok akan berkunjung ke 2 spot. Pagi berenang di dive
spot California dan lanjut ke Pulau Papan yang terkenal dengan jembatan kayunya
yang menghubungkan pulau. Dive spot California adalah yang terbaik se pulau
Togean, pemandangan bawah laut yang keren dengan ikan-ikan kecil yang ramah.
Saya akan ceritakan di tulisan saya berikutnya.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Cheers !